Thursday, November 6, 2008
Ketakutanku
“Dari Hati Untuk Jiwa”
ku melihat ke atas menatap tajam ke arah langit
yang hitam pekat karena gumpalan awan yang hitam pula
di sini ku duduk dengan ketakutan kelamnya langit itu
hari sudah menjelang malam dan diriku tetap berdiri sendiri
tanpa teman dan tanpa bayang yang menemani
hatiku kosong tapi tak sepekat langit sekarang
yang menampakan keangkuhan dari hitamnya dunia
dari hati kosongku mengatakan
ku tak mau merasuk dan menggabung untuk menjadi halilintanya
yang akan merusak alam labih kejam dari sang topan
kini di sertai hujan lebat
membawa jiwa ini ke dalam dinginya rasa
hingga membisukan sebuah ucapan dan menentangkan
kata yang tak ingin di ucap
yang akhirnya keluar lewat teriakan dan jeritan lentang
karena hati ini takut untuk sekedar menoleh
melihat kelamnya malam, dinginya hujan dan halilintar yang ganas
ku melihat ke atas menatap tajam ke arah langit
yang hitam pekat karena gumpalan awan yang hitam pula
di sini ku duduk dengan ketakutan kelamnya langit itu
hari sudah menjelang malam dan diriku tetap berdiri sendiri
tanpa teman dan tanpa bayang yang menemani
hatiku kosong tapi tak sepekat langit sekarang
yang menampakan keangkuhan dari hitamnya dunia
dari hati kosongku mengatakan
ku tak mau merasuk dan menggabung untuk menjadi halilintanya
yang akan merusak alam labih kejam dari sang topan
kini di sertai hujan lebat
membawa jiwa ini ke dalam dinginya rasa
hingga membisukan sebuah ucapan dan menentangkan
kata yang tak ingin di ucap
yang akhirnya keluar lewat teriakan dan jeritan lentang
karena hati ini takut untuk sekedar menoleh
melihat kelamnya malam, dinginya hujan dan halilintar yang ganas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment